Peran dan Macam Sikap Ilmiah Dalam Ranah Filsafat Ilmu

filsafatFilsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang meliputi pandangan hidup sesorang  atau kelompok  dalam konsep dasar mengenai cita-cita kehidupannya. Filsafat yang diartikan sebagai suatu sikap sadar dan dewasa dalam memikirkan sesuatu secara mendalam juga keinginan melihat sesuatu dari berbagai segi secara luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Oleh karena itu, filsafat ilmu ialah filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang mempelajari tentang filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, diantaranya termasuk ilmu alam dan ilmu social. Filsafat ilmu menjelaskan masalah-masalah suatu konsep sehingga suatu pernyataan dapat disebut ilmiah, asal-usul konsep serta penjelasannya, juga pemanfaatannya. Demikianlah filsafat ilmu sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga diperlukannya ketepatan dalam sikap seseorang untuk menentukan objek yang dikaji adalah bagian dari objek ilmiah.

Pengetahuan merupakan informasi yang telah diketahui atau disadari oleh seseorang. Ilmu pengetahuan adalah mengerahakan segala kesadaran untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan di alam manusia, yang seginya dibatasi agar menghasilkan rumusan-rumusan pasti.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), namun merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati, secara sistematis, diuji dengan seperangkat metode yang telah diakui dalam bidang ilmu tertentu. Menurut ilmu filsafat,  ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam perkembangan filsafat ilmu juga mengarahkan pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik, dan heuristik, bahkan sampai dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja nilai guna suatu ilmu, tetap juga muatan makna bagi kehidupan masyarakat (Wibisono 1982: 13).

Pengembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan kemajuan pikiran masyarakat, sebagaimana tergambar dalam satu segi dari filsafat Positivisme Auguste Comte: Bahwa perkembangan jiwa atau masyarakat manusia berlangsung di atas garis linier menuju ke arah kemajuan, dan kemajuan itu digambarkan sebagai masyarakat terhadap positif, atau masyarakat industrial (Wibisono 1982:16).

Pada masyarakat industrial, sikap ilmiah menjadi budaya dalam kehidupan mereka. Artinya, sikap ilmiah menjadi suatu pandangan seseorang terhadap pola pikir yang sesuai dengan metode keilmuan, sehingga muncul kecenderungan menerima ataupun menolak terhadap cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut.

Sikap ilmiah akan mempengaruhi suasana keilmiahan suatu kebenaran. Namun, sikap demikian haruslah disertai dengan pertumbuhan masyarakata ilmiah pula, sehingga teori-teori baru dapat diterima dan bermanfaat  bagi masyarakat. Oleh karena itu, seorang ilmuan dituntut untuk memiliki sikap positif dan kecenderungan untuk menerima metode berpikir sesuai dengan metode keilmuan, yang dapat dimanifestasikan didalam kognisi, emosi, atau perasaannya, serta di dalam perilakunya.

Adapun bentuk sikap ilmiah yang harus dimiliki seorang ilmuan dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Mencintai kebenaran, berlaku jujur, dan objektif ,
  2. Tidak buruk sangka,
  3. Bersifat toleran terhadap orang lain,
  4. Ulet (tidak putus asa dan selalu berusaha),
  5. Teliti mengambil sesuatu dan berhati-hati ketika menyimpulkan juga berpendapat,
  6. Ingin tahu, dan
  7. Optimis.

Kemudian Prof. Harsojo mengemukakan 6 sikap ilmiah, yakni:

  1. Objektifitas, dalam peninjauan yang penting adalah objeknya,
  2. Sikap serb relative, ilmu tidak bermaksud mencari kebenaran mutlak, karena teori-teori dalam ilmu sering mematahkan teori-teori lain,
  3. Sikap skeptic, adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap segala bentuk pernyataan yang belum kuat pembuktiannya,
  4. Kesabaran intelektual. Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah,
  5. Kesederhanaan adalah sikap cara berpikir, menyatakan dan membuktikan, dan terakhir
  6. Sikap tidak memihak pada etik.

Adapun pendapat lain dari LKS Master Ilmu Pengetahuan Alam X PT. Aviva:

  1. Objektif: bersifat nyata dan ada,
  2. Jujur: berlaku jujur dan tidak menutupi sesuatu apapun,
  3. Toleransi: bisa memaklumi keadaan,
  4. Bertanggaung jawab: berani mempertangguang jawabkan,
  5. Cermat bekerja: selalu berhati-hati dalam hal melakukan sesuatu,
  6. Disiplin: selalu konsisten atas apa yang dilakukan, dan
  7. Terbuka dalam menyimpulkan dan menganalisa data: senantiasa menerima kritik dan saran ataupun pendapat dari pihak lain.

Archie J. Bahm, mengungkapkan bahwa sikap ilmiah dilandasi dengan karakteristiksebagai berikut:

  1. Keingin tahuan,
  2. Spekulatif,
  3. Objektif,
  4. Membuka cakrawala pandang,
  5. Mencurahkan pada penilaian, dan
  6. Bersikap tentative (Bahm, 1980: 2-3).

Selain itu, aspek-aspek ilmiah menurut Gega (Patta Bundu, 2006: 140) mencakup:

  1. Sikap ingin tahu,
  2. Sikap penemu,
  3. Sikap berpikir kritis, dan
  4. Teguh pendirian.

Dan aspek ilmiah menurut Harlen (Patta Bundu 2006: 140) meliputi:

  1. Sikap rasa ingin tahu,
  2. Sikap respek terhadap data,
  3. Sikap refleksi kritis, dan
  4. Sikap ketekunan.

Dengan memperhatiakan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah dapat dikelompokan menjadi dua:

  1. Komponen sikap yang lebih menekankan sikap tertentu kepada sains sebagai bentuk metode memandang dunia agar dapat berguna bagi perkembangan di masa depan,
  2. Seperangkat sikap yang jika terus dilakukan secara kontinyu akan membantu untuk pecahkan masalah.
  3. Bertanggung jawab atas realisasi dari bentuk penerapan sikap ilmiah dalam kehidupan empiris.

Referensi:

Hanifah Teja Permahajati

Fak/ Jurusan: Dakwah/ KPI semester IV

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Leave a comment